Apa itu Smart Contract? Beserta Cara Kerjanya

Istilah smart contract tentu bukan hal yang asing lagi di telinga para trader cryptocurrency maupun penggemar teknologi blockchain.  Istilah ini bukan pertama kali muncul ketika aset crypto sudah ada melainkan sudah pernah dicetuskan oleh ilmuwan Amerika Serikat bernama Nick Szabo pada tahun 1994 silam. 

Meskipun harus tertunda selama beberapa puluh tahun, namun nyatanya banyak ide Szabo yang digunakan pada transaksi keuangan saat ini. Salah satunya adalah smart contract yang pertama kali digunakan di dunia crypto oleh Ethereum pada tahun 2014. Nah, berikut ini penjelasan lengkap mengenai fitur ini dan bagaimana cara kerjanya. 

Apa itu Smart Contract?

Smart contract adalah program komputer yang disimpan di blockchain yang didesain untuk mengeksekusi, mengontrol, dan mendokumentasikan sebuah kontrak secara otomatis apabila persyaratan dalam kontrak tersebut sudah terpenuhi. 

Nick Szabo mengumpamakan smart contract selayaknya vending machine. Seperti yang kita ketahui, vending machine minuman atau makanan akan secara otomatis memberikan makanan dan minuman yang telah Anda pilih jika uang yang Anda masukkan ke mesin tersebut sudah cukup. 

Menurut laman resmi IBM, dengan adanya fitur ini, pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut dapat secara langsung mengetahui outcome dari kontrak yang mereka buat dengan tanpa adanya perantara dan tanpa waktu yang lama. Smart contract juga memungkinkan pengguna untuk mengotomasi aliran kerja sehingga aliran kerja (workflow) dapat terus menerus terjadi ketika prasyarat kontrak telah terpenuhi. 

Cara Kerja Smart Contract

Cara kerja fitur ini sebenarnya cukup sederhana yaitu developer atau pihak penerbit kontrak tinggal menulis serangkaian kode berisi nama pihak lain yang terlibat dan rincian persyaratan kontrak tersebut di akun Ether miliknya. 

Setelah selesai, dia bisa mengirimkan draft kontrak tersebut ke Ether dan apabila pihak lain yang terlibat tersebut sudah memenuhi syarat, maka kontrak tersebut akan dieksekusi secara otomatis. 

Misalnya, Ben ingin membeli rumah Jodi seharga 700 ETH. Ben lantas menulis smart contract yang berisi “bahwasannya kontrak ini akan berlaku apabila Jodi telah mengirimkan uang sebesar 700 ETH kepada Ben dan Ben telah menerima uang tersebut”. 

Meskipun telihat mudah, nyatanya untuk menuliskan kontrak ini Anda harus memahami bahasa pemrograman Ethereum terlebih dahulu. Kontrak ini biasanya tertulis dalam bahasa pemrograman Solidity, Simplicity, Scilla, Ivy and Bitcoin Script dan dieksekusi oleh Ethereum Virtual Machine. 

Setelah selesai ditulis dan dieksekusi, smart contract yang dibuat oleh Ben dan Jodi bisa diakses oleh seluruh pengguna Ethereum. Hanya saja, kontrak tersebut tidak bisa diedit maupun dihapus. 

Karena cara kerja inilah, fitur ini dinilai sebagai program yang potensial untuk menghapus adanya pihak ketiga dan inefisiensi biaya transaksi. Pada kasus Ben dan Jodi di atas misalnya. Kalau melalui transaksi biasa, jelas Ben dan Jodi harus pergi ke bank dulu, membayar notaris, alih sertifikat di BPN dan lain sebagainya. 

Fungsi Smart Contract

Inovasi ini memiliki beberapa fungsi antara lain:

1. Memudahkan eksekusi kontrak yang harus disetujui beberapa orang sekaligus.

Contohnya jika ada dana yang baru bisa dicairkan jika beberapa orang setuju. Nah, dengan membuat kontrak di fitur ini, jika pihak-pihak yang terlibat sudah tanda tangan menyetujui pencairan dana, maka dana tersebut akan cair secara otomatis. 

2. Memudahkan eksekusi kontrak keuangan.

Misalnya, nasabah hanya bisa menambah pinjaman jika dia sudah mengembalikan 80% dari total pinjaman yang dia ambil beserta bunganya. Jika nasabah tersebut sudah mengembalikan 80% di bank terkait, maka smart contract yang tertulis secara otomatis membuat nasabah tersebut berhak mendapatkan tambahan pinjaman. Maka dari itu, tidak heran apabila fitur ini kini banyak diterapkan di Decentralized Finance (DeFi), yaitu ekosistem keuangan berbasis crypto dan blockchain. 

3. Mengeksekusi kontrak dari dunia nyata.

Saat ini dengan bantuan aplikasi oracle, fitur ini juga bisa dipakai untuk mengeksekusi kontrak yang terjadi di dunia nyata entah itu kontrak keuangan, politik dan lain sebagainya.

4. Menyediakan bantuan pihak ketiga.

Sebuah smart contract satu bisa terhubung dengan kontrak lainnya untuk membangun sesuatu yang lebih besar selayaknya library pada software.

5. Alat penyimpanan.

Karena program ini tidak dapat dihapus, maka tidak heran jika banyak trader memanfaatkan program ini untuk menyimpan data-data seperti, data keanggotaan, data keuangan dan lain sebagainya. 

Potensi Smart Contract di Masa Depan

Meskipun  smart contract adalah salah satu penemuan yang bagus karena bisa mengurangi biaya pihak ketiga dan menghemat waktu implementasi kontrak, nyatanya penemuan ini masih menemukan banyak ganjalan di antaranya.

1. Masalah keamanan. Karena smart contract bisa diakses oleh siapa saja, fitur ini relatif rentan terhadap bugs dan masalah keamanan lainnya yang harus diselesaikan segera. Hal ini pernah terjadi pada tahun 2016 ketika sistem smart contract dari The Dao terkena hack dan mengakibatkan kerugian sebesar Ethereum senilai 50 juta USD pada saat itu. 

2. Masalah legalitas. Saat ini masih banyak negara yang belum menganggap inovasi ini legal termasuk Amerika Serikat. Akibatnya, penulisan dokumen-dokumen legal melalui fitur ini masih belum banyak diterapkan di seluruh dunia. 

3. Masalah lain-lain. Tidak semua hal terkait kontrak bisa diselesaikan secara otomatis. Ada hal-hal terkait kontrak yang harus masuk ke pengadilan karena masalah etik dan moral seperti, kontrak yang ditandatangani karena keterpaksaan dan lain sebagainya. 

4. Tidak semua orang paham bahasa pemrograman. Tujuan pembuatan fitur ini sebenarnya baik karena setiap orang bisa membuat kontraknya sendiri dan mengeksekusinya langsung. Namun sayangnya, tidak banyak orang yang paham bahasa pemrograman sehingga kalau pun smart contract bisa dipakai untuk penulisan dokumen legal sekarang, masih banyak orang yang membutuhkan pihak ketiga (dalam hal ini adalah developer) untuk menuliskan kontrak mereka. Oleh karena itu, salah satu pekerjaan rumah utama pengembang fitur ini adalah mengedukasi masyarakat mengenai bahasa pemrograman.

Oleh sebab itu, teknologi ini masih perlu banyak perbaikan dan pengembangan untuk bisa digunakan secara menyeluruh sebagai tempat penulisan dan penyimpanan kontrak yang efektif dan efisien. 

Daftar Cryptocurrency dengan Fitur Smart Contract

Saat ini sudah ada sekitar 139 mata uang crypto yang memiliki fitur ini. 20 mata uang crypto dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar yang memiliki smart contract adalah:

  1. Ethereum.
  2. BNB.
  3. Cardano.
  4. Avalanche.
  5. Chainlink.
  6. Algorand.
  7. Stellar.
  8. Fanthom.
  9. Ethereum Classics.
  10. Vechain.
  11. Tezos.
  12. EOS.
  13. Harmony.
  14. Neo.
  15. Cadena.
  16. Celo.
  17. Waves.
  18. NEM.
  19. Oasis Network.
  20. Qtum.

Laman Wikipedia juga menyebutkan bahwa Bitcoin juga memiliki fitur ini.

Kesimpulan

Smart contracts adalah penulisan kontrak berbasis blockchain yang bisa tereksekusi otomatis jika prasyarat dalam kontrak tersebut terpenuhi. Pertama kali ditemukan pada tahun 1994 dan diaplikasikan pada aset crypto pada tahun 2014, fitur ini masih memerlukan banyak pengembangan untuk bisa digunakan secara menyeluruh di kehidupan nyata.4.

Bagikan Artikel

Tinggalkan Balasan