Swing Trading: Pengertian, Metodologi, Tips

Dalam dunia trading terdapat berbagai jenis strategi trading menurut orientasi waktunya. Ada yang orientasi waktu jual belinya hanya per menit (scalping) dan per hari (day trading). Tapi ada juga trader yang memperjualbelikan asetnya dalam waktu mingguan hingga bulanan. Strategi yang terakhir inilah yang disebut dengan swing trading.

Perbedaan orientasi waktu ini tidak hanya berpengaruh pada waktu jual dan waktu beli saja tetapi juga berpengaruh pada potensi risiko, cara analisis, dan strategi pengambilan keuntungan. Hal ini karena dalam periode waktu yang lebih lama, akan ada lebih banyak hal yang kemungkinan terjadi. 

Oleh sebab itu, sebelum trader memutuskan bagaimana metode kerjanya, lebih baik dia memahami terlebih dahulu seluk beluk masing-masing strategi trading menurut orientasi waktu ini.

Pada artikel kali ini, kita secara khusus membahas mengenai seluk beluk swing trading mulai dari pengertiannya, hingga tips supaya strategi ini bisa membuat Anda mendulang kesuksesan. 

Pengertian Swing Trading

Swing trading adalah strategi trading yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan harga aset dalam jangka pendek hingga menengah. Orang yang melakukan strategi ini disebut dengan swing trader. 

Konsep swing trading sebenarnya cukup sederhana yaitu beli aset saat swing low dan jual aset saat swing high. Akan tetapi, jarak antara swing low dan swing high ini minimal satu hari hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan. 

Jadi, perbedaan swing trading dengan strategi trading dan investasi lainnya adalah dari segi orientasi waktu. Seorang swing trader biasanya tidak akan menjual suatu aset selama berhari-hari sampai berminggu-minggu demi mendapatkan keuntungan. 

Hal ini tentu berbeda dengan para scalper yang membeli dan menjual aset dalam hitungan menit atau day trader yang memperjualbelikan aset di hari yang sama. Swing trader juga berbeda dengan investor yang mana biasanya investor memegang aset terkait lebih dari 1 tahun. 

Strategi ini bisa digunakan untuk jual beli aset apapun mulai dari saham, logam mulia, komoditas hingga mata uang kripto. Namun menurut laman Investopedia, strategi ini paling cocok untuk saham-saham blue-chip karena tingkat likuiditas aset tersebut tinggi. 

Selain itu, untuk memperoleh keuntungan menggunakan strategi ini di berbagai aset, Anda tetap harus memahami mekanisme jual beli masing-masing aset. 

Baca Juga: Belajar Apa itu Trading Untuk Bikin Cuan dengan Mudah

Metodologi Swing Trading

Sama seperti jenis trading lainnya, metode analisis yang digunakan oleh seorang swing trader umumnya juga metode analisis teknis seperti, moving average, fibonacci retracement, dan lain sebagainya. 

Akan tetapi karena periode hold aset yang lebih lama dari jenis lainnya, analisis teknis dalam swing trading umumnya juga didukung dengan analisis fundamental. Tujuannya supaya trader dapat memutuskan aset yang tidak terlalu volatile dan berpotensi terkena sentimen negatif dalam waktu dekat. Lain daripada itu untuk meminimalisir risiko, tidak jarang para swing trader juga membeli dan mengamati beberapa aset sekaligus. 

Risiko Swing Trading

1. Terpengaruh risiko harian dan akhir minggu

Dengan memegang aset lebih dari 1 hari dan 1 minggu, seorang swing trader bisa terpengaruh risiko harian dan akhir minggu. Risiko harian dan akhir minggu ini seperti, jika harga aset tiba-tiba berubah akibat isu yang beredar di hari tersebut atau isu yang muncul di hari sabtu dan minggu. 

Misalnya, sepanjang senin sampai jumat tidak ada berita apapun mengenai perusahaan M. Tapi, ternyata di hari sabtu – saat bursa libur- terdapat informasi kalau CEO perusahaan M terjerat kasus tindak pidana korupsi. Tentu isu ini bisa mempengaruhi harga saham perusahaan M saat bursa dibuka lagi 2 hari kemudian (senin). 

2. Penurunan harga yang mendadak bisa mengakibatkan kerugian yang parah

Katakanlah pada hari senin harga saham perusahaan M benar-benar anjlok dari 2000 per lembar ke 900 rupiah per lembar. Jika Anda lupa memasang stop loss, tentu Anda bisa merugi hingga 1.100 rupiah per lembar. Kerugian ini pastinya akan lebih dalam apabila Anda memiliki lebih dari 1 lot saham M dan menggunakan fasilitas leverage yang disediakan oleh broker

3. Kehilangan peluang mendapatkan keuntungan lebih tinggi

Risiko swing trading yang selanjutnya adalah swing trader cenderung akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi karena hanya ingin mendapatkan keuntungan jangka pendek. 

Contohnya harga saham perusahaan Y pada tanggal 11 Januari sebesar 2.000 per lembar saham dan pada tanggal 12 Januari harganya naik hingga 2.500 per lembar saham. Seorang swing trader kemungkinan besar akan menggunakan kesempatan ini untuk menjual saham Y yang dimilikinya. Padahal bisa jadi harga saham Y pada tanggal 13 Januari naik lebih tajam lagi ke level 3.500 per lembar. 

Tips Swing Trading Agar Untung

1. Pilih aset dengan kecenderungan bullish yang kuat

Oleh karena periode “hold” yang lebih panjang daripada day trade tapi lebih pendek dibanding investasi, maka sebaiknya seorang pengguna strategi ini memilih aset yang punya kecenderungan bullish yang kuat. Artinya, harga aset tersebut kemungkinan besar tidak akan turun dalam satu atau dua hari ke depan. 

Jangan sampai seorang swing trader memilih aset yang harganya bisa anjlok dalam satu hari saja. Oleh sebab itu, seorang swing trader perlu memakai analisis fundamental untuk menentukan apakah harga aset terkait kira-kira akan turun karena didorong hal-hal yang berbau fundamental. 

2. Pahami karakteristik aset dengan baik

Karakteristik forex tentu saja berbeda dengan saham. Maka dari itu, strategi swing yang diterapkan mau tidak mau juga harus berbeda. Dengan memahami karakteristik aset dengan baik, Anda bisa mengetahui kira-kira penyebab naik atau turunnya harga aset tersebut dalam satu hari. 

3. Tidak menerapkan average down

Average down adalah strategi dimana trader atau investor membeli suatu aset secara bertahap ketika harga aset tersebut sedang turun. Untuk mengantisipasi adanya tren penurunan harga yang berkelanjutan, sebaiknya seorang swing trader menghindari penggunaan strategi ini. 

4. Jangan lupa pasang stop loss

Memasang fitur stop loss adalah hal yang wajib bagi trader untuk menghindari kerugian. Hal ini penting bagi pengguna strategi ini untuk mencegah penurunan harga karena hal-hal yang mendadak. 

Pada pembelian saham perusahaan M yang harganya jatuh mendadak di atas contohnya. Apabila trader memasang stop loss pada level tertentu, pastinya trader tidak akan merugi sampai 1100 rupiah per lembar saham. 

Swing trading adalah salah satu strategi trading yang bisa diterapkan oleh pemula karena pemula tidak perlu mengawasi pergerakan harga per menit atau per jam sebagaimana day trade dan scalping. Tapi walau bagaimanapun, trading tetaplah transaksi yang berisiko tinggi. Jadi, berhati-hati dalam menggunakan strategi trading apapun tetap disarankan.

Kesimpulan

Dengan memegang aset yang tidak lebih dari beberapa bulan, swing trader berpotensi mendapatkan untung dari perubahan harga aset (capital gain) dalam jangka waktu yang tidak sesingkat scalper maupun day trader.

Risiko yang muncul dari swing trading tidak bisa dihilangkan, namun bisa dimitigasi dengan pemahaman strategi yang kuat, tidak melakukan average down, serta memasang stop loss.

Bagikan Artikel

Tinggalkan Balasan