Garis pergerakan harga suatu aset adalah garis yang paling penting dalam trading. Hal ini karena, penghasilan dan kerugian yang diperoleh seorang trader diperoleh dari selisih pergerakan kurva harga tersebut.
Oleh karena itu, garis harga tersebut harus dianalisis sedemikian rupa sehingga trader dapat menentukan kapan harus membeli (entry) dan kapan harus menjual (exit) aset serta memperkirakan (forecasting) pergerakan harga aset tersebut selanjutnya.
Terdapat banyak garis bantu dan indikator teknis yang dapat membantu trader dalam mendefinisikan kedua hal ini. Salah satu diantaranya adalah garis support dan resistance yang akan kita bahas di bawah ini.
Pengertian Support
Titik support adalah titik harga aset terendah. Titik ini dapat digabungkan menjadi sebuah garis support jika Anda menganalisis pergerakan harga aset selama beberapa waktu. Jika ada tren kenaikan harga, biasanya garis support ini akan miring ke atas sedangkan kalau ada tren penurunan harga garis ini miring ke bawah.
Contohnya:
Tanggal | USD/IDR |
1 | 1.000 |
2 | 1.110 |
3 | 1.115 |
4 | 1.112 |
5 | 1.113 |
8 | 1.101 |
9 | 1.104 |
10 | 1.106 |
11 | 1.110 |
12 | 1.115 |
15 | 1.120 |
16 | 1.125 |
17 | 1.120 |
18 | 1.110 |
19 | 1.119 |
Dari contoh tabel di atas, terlihat kalau titik support nilai tukar dolar terhadap rupiah pada minggu pertama (warna biru) adalah Rp. 1000. Jika Anda menganalisis data pergerakan harga saham A 3 minggu berturut-turut, maka Anda akan bisa menarik garis support dari titik support pertama (1.000) ke titik support ke dua dan tiga yaitu Rp. 1.101 dan Rp. 1.110.
Adanya titik support umumnya menunjukkan kalau penurunan harga aset diimbangi dengan kenaikan permintaan sehingga harga aset tersebut akan naik kembali. Namun, tidak menutup kemungkinan juga kalau harga aset tersebut turun menembus titik support-nya dan mencari titik support yang baru karena penurunan harga tidak dibarengi dengan peningkatan permintaan. Misalnya:
Gambar 1 (Sumber: Kaskus)
Grafik pada gambar 1 menunjukkan bahwa harga aset terkait pernah dua kali turun menyentuh titik support-nya (yang berwarna hijau) lalu memantul naik. Tapi, beberapa saat kemudian harga aset tersebut sempat menyentuh level yang sama (lingkaran merah) namun bukannya memantul, harga aset tersebut justru turun lebih rendah. Jika kita mengambil pada contoh tabel di atas, hal ini terjadi apabila nilai tukar dolar turun sampai ke bawah Rp. 1000 rupiah per 1 dolar.
Fenomena ini disebut sebagai breakout yaitu kondisi dimana harga aset berhasil turun menembus titik support atau berhasil naik melewati titik resistance. Pada contoh grafik di gambar di atas yang muncul adalah true breakout yaitu breakout yang disertai dengan volume perdagangan yang tinggi (dibuktikan dengan warna merah pada candlestick).
Pengertian Resistance
Kebalikan dari support adalah resistance. Titik resistance adalah titik yang menunjukkan harga tertinggi dari suatu aset selama periode waktu tertentu. Apabila titik-tik ini dikumpulkan, maka ia akan membentuk sebuah garis resistance.
Sebagaimana garis support, garis resistance juga bisa miring ke bawah kalau ada tren penurunan harga dan akan miring ke atas kalau ada tren kenaikan harga. Harga aset yang menyentuh garis resistance-nya juga umumnya akan kembali turun jika tidak diiringi dengan demand yang stabil. Garis resistance bisa terkena true breakout apabila meskipun harga aset naik permintaan tetap stabil dan bahkan meningkat.
Mari kita ambil contoh pergerakan nilai tukar dolar terhadap rupiah selama 3 minggu di atas:
Tanggal | USD/IDR |
1 | 1.000 |
2 | 1.110 |
3 | 1.115 |
4 | 1.112 |
5 | 1.113 |
8 | 1.101 |
9 | 1.104 |
10 | 1.106 |
11 | 1.110 |
12 | 1.115 |
15 | 1.120 |
16 | 1.125 |
17 | 1.120 |
18 | 1.110 |
19 | 1.119 |
Dari tabel tersebut tampak kalau nilai tukar dolar terhadap rupiah tertinggi di minggu pertama dan kedua adalah sebesar 1.115 rupiah untuk 1 dolar sementara nilai tukar tertinggi di minggu ketiga adalah sebesar 1.125 rupiah per dolar. Apabila titik-titik ini disambungkan, maka akan terlihat kalau dalam 3 minggu tersebut, nilai tukar dolar terhadap rupiah sempat stagnan walau pada akhirnya meningkat juga.
Gambar 2: (Sumber: unbrick.id)
Pada gambar dua di atas terlihat bahwasanya harga suatu aset sempat dua kali menyentuh harga tertinggi yang sama (panah merah menukik ke bawah) sebelum akhirnya naik menembus harga tertinggi tersebut dan mencari harga tertinggi yang baru (lingkaran merah).
Mengapa Support dan Resistance itu Penting dalam Trading
Support dan resistance menjadi dua garis penting dalam trading setidaknya karena dua hal yaitu penentuan strategi beli dan jual (entry and exit strategy) yang ingin diterapkan oleh trader dan untuk membantu trader dalam menentukan kekuatan trend pergerakan harga.
Tentu sebagai seorang trader Anda ingin membeli aset pada harga paling rendah (support) dan menjualnya ketika harga sedang tinggi bukan? Nah, garis support dan resistance ini membantu Anda menentukan apakah harga aset tersebut terbilang rendah atau tinggi dibandingkan dengan riwayat sebelumnya sehingga Anda akan tahu kapan harus beli dan kapan harus jual.
Di sisi lain, adanya garis support dan resistance juga bisa membantu Anda memperkirakan kekuatan trend harga. Dalam hal ini, apabila harga suatu aset menembus titik resistance dengan volume perdagangan yang banyak, maka bisa dipastikan harga aset tersebut mengalami trend kenaikan harga yang tinggi, begitupun sebaliknya.
Fungsi Support dan Resistance
1. Membantu menentukan harga jual dan harga beli
Seperti yang sudah dibahas di atas, salah satu fungsi utama kedua garis ini adalah untuk membantu trader menentukan kapan harus menjual aset terkait dan pada level harga berapa (exit plan) serta membantu menentukan kapan harus membeli aset terkait dan pada level harga berapa (entry plan).
Menentukan entry plan dan exit plan yang baik dapat membantu trader untuk mendapatkan keuntungan maksimal dan menghindari kerugian yang tidak diperlukan.
2. Membantu trader menentukan trend harga
Garis trend harga sebuah aset biasanya diperoleh dengan menarik garis dari satu titik resistance ke titik resistance yang lain. Jika garis tersebut menanjak, maka ada trend kenaikan harga yang kuat, begitupun sebaliknya. Contohnya:
Gambar 3: (Sumber: Investopedia)
Akan tetapi, trader juga bisa menarik garis trend dari titik-titik resistance dan support sekaligus. Bahkan tidak jarang penggunaan kedua garis ini secara bersamaan akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Misalnya:
Gambar 4: (Sumber: stackoverflow.com)
Garis trend pada grafik 4 di atas menunjukkan bahwa aset tersebut sedang mengalami trend kenaikan harga yang cukup kuat. Hal ini karena tidak hanya titik resistance-nya saja, tetapi titik support dari harga aset tersebut juga terbuka ke atas yang mana artinya pada titik pertama harga terendah 10, titik kedua 38 dan titik support ketiga nyaris 80.
Tips Trading Menggunakan Support dan Resistance
1. Membeli di saat mendekati support dan menjual di saat mendekati resistance
Tips trading yang pertama adalah membeli aset dikala harganya sudah memantul dari titik support dan menjual aset tersebut ketika sebelum mencapai titik resistance. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan Anda dari risiko breakout.
False breakout bisa jadi menguntungkan jika terjadi di titik support karena itu artinya trader bisa membeli aset dengan harga yang lebih rendah dibandingkan titik terendah sebelumnya. Tapi, false breakout akan jadi merugikan kalau terjadi di titik resistance. Sebab ini artinya, Anda telah menunggu harga untuk naik lebih tinggi lagi tapi nyatanya harga aset tersebut justru anjlok.
2. Menganalisis support dan resistance dalam beberapa periode sekaligus
Analisis time series pada level support dan resistance sebuah aset sangatlah penting karena, dengan analisis ini trader akan tahu apakah harga aset tersebut terbilang naik atau turun. Lebih dari itu, trader juga bisa memperkirakan (forecasting) potensi pergerakan harga aset tersebut.
Caranya adalah dengan menggambar garis trend yang menyambungkan dua atau lebih titik support dan resistance. Sebagaimana yang telah tertulis di atas, interpretasi dari analisis ini bisa berbeda beda tergantung dengan hasil trendline yang digambar.
3. Menarik garis support dan resistance mini
Garis trend seringkali hanya menyambungkan titik-titik support dan resistance yang besar saja. Padahal, banyak trader yang menggantungkan pendapatannya dari pergerakan harga aset yang kecil dan sering seperti scalper atau day trader.
Solusinya adalah dengan menarik garis yang menghubungkan titik support dan resistance yang lebih kecil. Jika trader merasa kewalahan karena banyaknya garis yang bertumpuk-tumpuk di layar, maka solusinya adalah memberikan warna yang berbeda antara setiap garis.
4. Menggunakan candlestick untuk mengantisipasi breakout
Breakout bisa menjadi sinyal yang positif jika terletak pada tempat dan saat yang pas. Sebaliknya jika tempat dan waktunya tidak pas, kondisi ini bisa merugikan. Nah, untuk mengantisipasi adanya breakout, trader bisa menggunakan grafik berbentuk candlestick atau grafik berbentuk lilin.
Grafik lilin ini terdiri dari dua anatomi yaitu dua ekor atas dan bawah yang menggambarkan pergerakan harga dan badan yang menggambarkan banyak atau tidaknya volume perdagangan yang berlangsung.
Grafik lilin akan berwarna merah atau hitam jika harga turun dan berwarna hijau atau putih kalau harganya naik. Grafik ini bisa dipakai untuk mengantisipasi adanya breakout karena mengandung informasi penting berupa volume perdagangan.
Jika yang menembus garis support atau level hanyalah ekor grafik saja, maka itu tandanya false breakout. Namun kalau badannya ikut menembus garis, maka yang terjadi adalah true breakout.
Kesimpulan
Garis support dan resistance adalah dua garis penting yang dapat membantu trader menentukan kapan harus membeli dan menjual aset. Garis ini dapat diperoleh dengan menarik garis trend yang menghubungkan titik-titik harga terbawah dan tertinggi dari sebuah aset. Kedua garis ini dapat dipakai untuk menganalisis pergerakan harga aset apapun mulai dari saham, forex dan bahkan mata uang crypto.