10 Saham Yang Bagus Untuk Jangka Panjang (2022)

Saham adalah salah satu instrumen yang lebih cocok untuk digunakan investasi jangka panjang dibandingkan jangka menengah atau pendek (bulanan atau 1 tahun saja). Hal ini karena pergerakan harga surat berharga ini cukup volatile sehingga apabila investor tidak cerdik dalam membeli atau menjualnya dalam jangka pendek bisa justru membuat rugi. 

Tapi, tidak sembarang dalam memilih saham yang bagus untuk jangka panjang. Ada banyak hal yang perlu Anda pertimbangkan seperti, potensi industri bisnis perusahaan tersebut dalam 10 tahun ke depan, kondisi keuangan perusahaan dan lain sebagainya. 

Artikel ini dibuat sebagai bentuk rekomendasi saja dan bukan mengajak Anda untuk membeli saham tertentu secara sengaja.

Berikut ini rekomendasi saham yang bagus untuk jangka panjang:

1. PT Telkom Indonesia Persero Tbk (TLKM)

Dalam 10 tahun ke belakang ini internet sudah menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat Indonesia. Tercatat pada Juni 2021, 76,8% masyarakat Indonesia sudah mengakses internet (Katadata) jumlah ini diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan kepemilikan gawai di negeri ini. 

Apalagi selama masa pandemi covid19 ini banyak pihak yang dituntut untuk mengerjakan semua secara online mulai dari sekolah hingga pekerjaan. Khusus untuk pekerjaan, gaya kerja work from anywhere (WFA) atau work from home (WFH) diperkirakan akan menjadi budaya kerja baru masyarakat Indonesia. 

Maka dari itu, tidak mengherankan jika potensi saham pada sektor teknologi komunikasi dan informasi cukup menjanjikan dalam jangka panjang. Telkom adalah pemimpin pasar dalam industri ini. Menurut data yang dilansir oleh Kontan dan Kominfo, pangsa pasar (market share) Telkom, khususnya Telkomsel pada tahun 2019 mencapai lebih dari 59%. 

Apabila menilik dari data keuangan, saham TLKM cocok untuk investasi jangka panjang karena memiliki hasil indikator keuangan yang cukup konsisten. Dilihat dari segi ROA dan ROE misalnya. Dari tahun 2016 sampai tahun 2020 ROA dan ROE perusahaan ini konsisten berkisar diantara 12-16% dan 24 sampai 27,6%. Ini artinya perusahaan cukup konsisten dalam menggunakan aset dan permodalannya. 

Telkom juga menjadi salah satu perusahaan yang tidak merugi akibat pandemi. Pada kuartal 3 tahun 2021, perusahaan ini mencatatkan laba sebesar 25,7 triliun rupiah. Naik 2,5, triliun lebih dibandingkan periode yang sama di tahun 2020. 

2. PT DCI Indonesia (DCII)

Salah satu saham yang bagus untuk jangka panjang yang cukup direkomendasikan adalah PT DCI Indonesia. Perusahaan ini memang sedang naik daun karena harga sahamnya yang naik tajam. Akan tetapi, kenaikan harga surat berharga tersebut bukan tanpa alasan.

Selain karena perusahaan ini bergerak di bidang jasa hosting, penyediaan dan perawatan infrastruktur komunikasi serta layanan data center yang notabene akan dibutuhkan dalam jangka panjang, DCII juga mencatatkan pertumbuhan perusahaan yang cukup impresif. 

Pada tahun 2020 misalnya, pendapatan perusahaan ini mencapai 759 miliar atau naik 55% dibandingkan tahun sebelumnya sementara saat pandemi, perusahaan ini berhasil mencetak pendapatan sebesar 606 miliar pada kuartal 3 tahun 2021 saja. 

Selain itu, nilai ROE perusahaan juga naik dari 14,1% di tahun 2018 menjadi 25,4% di tahun 2020. Ini artinya, perusahaan bisa mendapatkan laba lebih banyak dengan menggunakan biaya yang relatif tidak banyak berubah. 

3. PT Unilever Indonesia (UNVR)

Harga saham Unilever boleh jadi menurun. Tapi, itu bukan berarti perusahaan consumer goods ini akan segera tutup buku atau tidak menguntungkan. Malah Unilever tetap menjadi salah satu saham terbaik untuk jangka panjang. Setidaknya terdapat tiga alasan mengenai hal ini. 

Alasan yang pertama adalah sampai kapanpun manusia pasti membutuhkan barang-barang konsumsi rumah tangga seperti, pasta gigi, sabun mandi dan lain sebagainya. Maka dari itu, tidak heran kalau Unilever sendiri sudah bertahan nyaris 90 tahun di negeri ini (berdiri sejak 1933). 

Alasan yang kedua adalah dalam periode 2011-2020, laba perusahaan mengalami peningkatan yang cukup konsisten dari 4,1 triliun ke 7 triliun rupiah. Pada kuartal 3 tahun 2021, perusahaan asal Belanda ini meraup untung 4,2 triliun rupiah. Hal ini membuktikan bahwasanya meskipun harga saham turun, kinerja UNVR relatif tidak terpengaruh. 

Alasan yang ketiga adalah dilihat dari rasio keuangan seperti ROE yang naik dari 107% sampai 140% menunjukkan bahwa efisiensi manajemen Unilever dalam memanfaatkan modal dari investor untuk mendapatkan laba juga meningkat. 

Baca Juga: 10 Saham Blue Chip Terbaik di Saham AS dan Indonesia Layak Dibeli

4. PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP)

Saham sektor consumer food lain yang cukup direkomendasikan adalah saham ICBP.  ICBP adalah perusahaan yang memproduksi Indomie, mie instant yang menguasai lebih dari 70% pangsa pasar di industrinya. 

Menurut laporan dari Mordor Intelligence, terdapat beberapa faktor yang memungkinkan pertumbuhan konsumsi mie instan di negeri ini. Faktor tersebut adalah, meningkatnya jumlah penduduk usia kerja, perubahan gaya hidup masyarakat yang menjadi lebih cepat serta peningkatan masyarakat dengan jumlah pendapatan menengah. 

Dari segi keuangan, ICBP menunjukkan performa yang cukup baik dalam periode 2016-2020. Tercatat, secara pendapatan laba perusahaan ini naik dari 3,6 triliun pada tahun 2016 ke 7,4 triliun rupiah. Jumlah ini diperkirakan meningkat sebab, pada laporan keuangan kuartal 3 tahun 2021 lalu, ICBP membukukan laba 6 triliun rupiah atau naik sekitar 50% dibandingkan triwulan III 2020. 

Kalau dilihat dari segi rasio keuangan, ICBP terbilang cukup konsisten juga. Dalam lima tahun terakhir, ROA ICBP berkisar antara 10%-13% sementara ROE berkisar antara 19-21%. Masing-masing dengan tahun 2020 sebagai nilai terendah. 

5. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

Bank BCA adalah perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia dan memiliki saham dengan harga yang relatif mahal per lembar. Namun, kondisi ini bukan datang dengan tanpa penyebab. Di antara bank swasta lainnya, BBCA merupakan saham yang paling bagus dikoleksi untuk jangka panjang.

Pada tahun 2020, bank swasta terbesar nasional ini mencatatkan laba sebesar 31 triliun rupiah. Nilai ini adalah nilai laba tertinggi kedua BCA dalam 5 tahun terakhir. Padahal, dua kompetitor terbesar bank ini pada saat yang sama justru mengalami penurunan pendapatan. 

Dilihat dari aspek ROA dan ROE pun kinerja BBCA relatif lebih efisien. Sebab, ROA perusahaan perbankan ini pada tahun 2020 hanya turun sebesar 0,7% dari 4,0% di tahun 2019. Sedangkan ROE nya turun 4% dari 20% di tahun 2019 menjadi 16% di tahun 2020. Pada saat yang sama dalam variabel yang sama, dua perusahaan pesaing turun nyaris separuhnya. 

Dari segi industri, perbankan adalah salah satu industri yang memiliki ruang pengembangan yang luas di negeri ini kedepannya. Salah satunya karena hingga saat ini masyarakat Indonesia yang bisa mengakses perbankan secara digital masih di bawah 40% (Bisnis) padahal keinginan untuk menikmati layanan online meningkat. 

Baca Juga: Cara Beli Saham Luar Negeri Raih Profit!Wajib Dibaca!

6. PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII)

Salah satu perusahaan yang sedang naik daun pada tahun 2021 adalah PT Aneka Gas Industri (AGII). Perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan distribusi gas ini kebagian jatah peningkatan permintaan oksigen medis akibat tingginya jumlah pasien covid19 di Indonesia. 

Pada kuartal 3 tahun 2021 misalnya, perusahaan ini membukukan laba hingga 178 miliar rupiah. Naik hingga nyaris 6 kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya sebesar 32 miliar rupiah. 

Laba perusahaan ini pada tahun 2020 memang mengalami kontraksi sebesar -3,45% dibandingkan tahun 2019. Namun demikian, laba perusahaan ini masih lebih tinggi dibandingkan dibandingkan laba perusahaan dalam 7 tahun terakhir. 

Apabila dilihat dari sisi kinerja, dalam 7 tahun terakhir nilai ROE dan ROA AGII konsisten pada nilai disekitar 1%-3% kecuali pada tahun 2014 dimana ROE perusahaan ini mencapai 6%. Hal ini menunjukkan bahwa di samping ada tren peningkatan laba, efektifitas kinerja manajemen perusahaan cukup konsisten. 

7. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok umat manusia sehingga sampai kapanpun kebutuhan produk-produk kesehatan entah itu dari sektor layanan jasa atau konsumsi obat tetap dibutuhkan. PT Kalbe Farma Tbk adalah salah satu market leader di bidang ini. Karena memiliki reputasi baik dan merupakan BUMN, KLBF merupakan saham jangka panjang yang pantas dipertimbangkan.

Perusahaan ini menunjukkan kinerja yang relatif stabil meskipun terdampak covid19. Tercatat pada triwulan tiga tahun 2021 lalu, perusahaan ini memiliki pendapatan senilai 19 triliun rupiah atau naik 2 triliun dibandingkan September 2020. Namun demikian, laba perusahaan ini “hanya naik” sekitar 110 miliar saja dari 2,179 triliun menjadi 2, 29 triliun. Hal ini karena tingginya beban pajak penghasilan dan koreksi terhadap kurs akibat pandemi covid19. 

Data ini didukung dengan pergerakan rasio ROE dan ROA perusahaan ini selama 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa kinerja Kalbe Farma relatif konsisten. Artinya, baik ada pandemi maupun tidak manajemen Kalbe tetap bekerja cukup efisien.

Dalam periode 2016-2020, return on assets KLBF hanya berubah 2% saja dari 14,47% sebagai nilai tertinggi pada tahun 2016 menjadi 12,11% sebagai nilai terendah pada tahun 2020. Adapun dari sisi ROE, pada periode yang sama nilai ROE perusahaan ini menurun dari 17,3 ke 14,96 atau hanya turun sekitar 2% saja. Konsistensi rasio ini beserta hasil laba di atas menunjukkan bahwa KLBF mampu menyesuaikan diri dengan baik saat pandemi. 

8. PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA)

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya kebutuhan akan barang-barang dasar berbahan kimia di kalangan masyarakat modern kini semakin penting saja. Barang- barang berbahan dasar kimia kini tidak hanya dipakai untuk obat-obatan saja, melainkan juga dalam banyak aspek dalam kehidupan manusia mulai dari hunian seperti pipa rumah, kendaraan bermotor dan lain sebagainya. 

Maka dari itu meskipun banyak pihak yang mengkampanyekan go green, industri barang-barang berbahan dasar kimia tidak akan mati begitu saja. Di Bursa Efek Indonesia, PT Chandra Asri Petrochemical adalah perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di industri ini. 

PT Chandra Asri Petrochemical memproduksi berbagai bahan kimia yang mendasari berbagai produk kebutuhan sehari-hari seperti plastik, tong sampah, helm dan lain sebagainya. Hasil produk perusahaan ini kemudian dijual ke perusahaan manufaktur lainnya.

Sama seperti industri lainnya, industri bahan kimia dalam negeri juga terpukul seiring dengan menurunnya jumlah permintaan baik dari perusahaan lain maupun dari pengguna terakhir akibat pandemi covid19. Tercatat TPIA sendiri sempat mengalami kerugian sebesar 21,9 juta USD pada triwulan 3 tahun 2020. Nilai ini menurun 165% dibandingkan pendapatan perusahaan ini pada triwulan 2019. 

Untungnya seiring dengan perbaikan ekonomi pada tahun 2021, kinerja TPIA menunjukkan performa positif. Bahkan perusahaan ini mencatat laba hingga 165 juta USD pada kuartal 3 2021. Performa positif ini tidak hanya diikuti peningkatan pendapatan sebanyak 50%, tetapi juga diikuti dengan penurunan utang perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 

9. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)

PT Sarana Multimedia Nusantara Tbk adalah perusahaan yang khusus bergerak di bidang investasi pada perusahaan penyedia layanan infrastruktur telekomunikasi. Per tahun 2020, perusahaan ini mengelola sekitar 21.381 unit tower di seluruh Indonesia dengan lebih dari 39 ribu penyewa termasuk perusahaan besar seperti Telkom, XL dan lain sebagainya. 

Tercatat sejak pertama kali listing di BEI pada tahun 2010, perusahaan ini terus mencatatkan pertumbuhan yang positif. Saat ini harga saham TWOR dijual dengan harga 2.880 rupiah per lembar. 

Kenaikan harga saham ini bukan tanpa alasan. Pendapatan dan perusahaan ini tercatat relatif terus meningkat sejak tahun 2010 hingga 2020. Terakhir tercatat bahwa TWOR membukukan laba tahunan sebesar 2,6 trilun pada kuartal 3 tahun 2021 atau naik sekitar 37% dibandingkan September tahun sebelumnya. 

Apabila dilihat dari efisiensi manajemen dalam mengelola aset dan permodalannya, dalam 5 tahun awal pasca listing di Bursa, TWOR menunjukkan kinerja positif dengan semakin meningkatnya rasio laba terhadap aset (ROA) dan rasio laba terhadap modal (ROE). Sepanjang 2016-2020, nilai ROA dan ROE TWOR menunjukkan penurunan. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak di bidang serupa, nilai ROA dan ROE TWOR masih terbilang lebih baik. 

Sama seperti perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, prospek bisnis TWOR juga bisa dibilang cukup cerah mengingat seiring dengan peningkatan kebutuhan terhadap akses internet, kebutuhan terhadap menara telekomunikasi juga meningkat. 

10. PT Adaro Energy Tbk

Meskipun kebutuhan akan green energy tetap terus digalakkan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini dunia masih cukup bergantung pada bahan bakar fosil alias batu bara. Hal ini didukung dengan data bahwa harga batu bara dunia kembali naik ke level 234 USD per ton akibat larangan ekspor batu bara oleh Indonesia (CNBC).

Karena memiliki diversifikasi bisnis yang baik, ADRO termasuk saham yang bagus untuk dipegang jangka panjang.

Kenaikan harga batu bara dunia ini tak pelak juga mengerek naik harga saham Adaro dan laba perusahaan ini sepanjang tahun 2021. Hal ini mengingat bahwasanya bisnis utama Adaro masih berkutat di sekitar tambang batu bara. Adaro pada laporan keuangan triwulan 3 tahun lalu mencatatkan laba hingga 51,8 juta USD. Padahal September 2020 perusahaan ini merugi hingga 88 juta USD. 

Apabila dilihat dari segi kemampuan manajemen dalam mengelola bisnis perusahaan, Adaro terbilang cukup stabil dibandingkan perusahaan lain yang bergerak di bidang pertambangan. Dalam 8 tahun terakhir, nilai return on asset (ROA) perusahaan ini konsisten dari 2,5 sampai 5,7. Di sisi lain, tingkat imbal hasil per ekuitas atau ROE Adaro cukup fluktuatif dari 4,02 sampai 12,08 tergantung jumlah laba dan saham yang dimiliki oleh investor. 

Kesimpulan

Saham yang bagus untuk investasi jangka panjang bukan hanya saham yang bisa mendatangkan keuntungan, tetapi juga saham yang dirilis oleh perusahaan yang memiliki kinerja konsisten dan peluang bisnis yang bagus. 

Bagikan Artikel

Tinggalkan Balasan